SDI: Webinar dan Online Workshop Publikasi Artikel ke Jurnal Indeks Scopus

 




SDI: Webinar dan Online Workshop Publikasi Artikel ke Jurnal Indeks Scopus



Serikat Dosen Indonesia (SDI), salah satu serikat berbasis memperjuangkan dan meningkatkan kualitas para dosen di Indonesia bekerja sama dengan Dcreate dan An1mage menyelenggarakan webinar pada 10 April 2021 dan workshop online pada 22 Mei 2021 dengan cara bimbingan melekat terhadap peserta agar artikel laporan penelitian dapat tembus ke jurnal-jurnal yang menggunakan sistem indeks (indexing system) ala Scopus.


Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar doktor dan juga kenaikan tingkat untuk mencapai gelar pengabdian sebagai seorang profesor versi Indonesia di ragam perguruan tinggi di Indonesia, maka menempatkan laporan penelitian merupakan suatu syarat mutlak yang tidak dapat dihindari. Bagaimana agar artikel tembus ke jurnal-jurnal yang terindeks oleh indexing system ala Scopus?

 

“Yang pertama sebelum melangkah jauh adalah Scopus bukanlah jurnal, tetapi indexing system yang bercampur dengan marketplace khusus untuk ragam jurnal, jadi Scopus adalah suatu sistem indeks jurnal yang memasukkan para penerbit jurnal ke dalam pasar digital (marketplace) mereka,” demikian jelas Hendar Putranto sebagai pembicara utama event bergengsi ini.

 

Yang kedua adalah ada dua sistem publikasi jurnal yaitu yang open access dan closed access.Yang open access seorang author wajib membayar kepada penerbit jurnal dalam jumlah tertentu misalnya range dari 100 sampai sekitar 2.500 USD atau bahkan lebih agar laporan penelitiannya yang terpublikasi dapat diunduh gratis oleh calon pembacanya.

 

Yang kedua adalah closed accessclosed access ini cenderung memiliki potensi publikasi gratis bagi para author atau para peneliti yang ingin laporan penelitiannya dimuat untuk beberapa penerbit tertentu, tetapi tentu saja dengan implikasi (konsekuensi logis) artikelnya menjadi tidak gratis bagi calon pembaca, artikel saat diunduh akan dikenakan biaya tertentu.

 

Sistem closed access tersebut yang menghalangi suatu artikel yang terindeks oleh Scopus jarang artikelnya disitasi oleh peneliti yang ingin menulis laporan penelitian, karena para peneliti cenderung mengambil artikel yang gratis alias open access, di mana beban biaya sudah ditanggung oleh peneliti yang laporannya telah diterima dengan sistem open access tersebut.

 

Nah kesalahpahaman inilah yang jadi kendala di Indonesia, jadi banyak para author, peneliti, dan dosen yang ingin karyanya masuk ke jurnal dengan sistem open acesss atau open jurnal system, tetapi maunya juga laporan penelitiannya terpublikasi gratis atau tidak berbayar.

Belum ada hal yang seperti itu, sebab penerbit juga perlu biaya untuk mengelola server, listrik, sistem mereka, dan juga orang yang bekerja di dalamnya perlu makan, orang yang bekerja di dalam suatu penerbitan juga manusia, perlu makan, minum, dan kebutuhan sehari-hari lainnya.

 

Nah yang banyak beredar dan memberi peluang dengan sebutan “jurnal predator” adalah sistem open access karena ada yang membayar puluhan bahkan ratusan juta, hal ini mudah dimengerti.

 

Solusinya adalah carilah open journal system atau open access yang terindeks oleh Scopus dengan biaya yang affordable dan sesuai kebutuhan, misalnya 100-1000 USD. Kalau mau yang gratis, ya carilah jurnal yang closed access system dan lupakan yang open access system, tetapi ingat konsekuensinya, yaitu potensi untuk disitasi sangat kecil.

 

“Tetapi solusi mencari publikasi artikel yang terindeks oleh Scopus system dengan gaya closed access yang gratisan itu sudah cukup untuk mengejar gelar doktor ataupun digunakan untuk kenaikan tingkat jabatan fungsional menjadi seorang profesor. Di sinilah Serikat Dosen Indonesia (SDI) menyarankan juga demikian,” ujar Hendar Putranto yang artikelnya tembus di jurnal dengan level Q1 yang terindeks oleh Scopus system.

 

Kemudian Hendar menjelaskan mulai dari abstract, introduction, discussion, dan conclusion dengan gamblang di webinar pada 10 April 2021. Lalu bimbingan melekat sesi berikutnya berupa workshop online pada 22 mei 2021 Hendar menjelaskan 7 tahap agar artikel tembus ke jurnal terindeks Q1 mulai dari step 1 berupa submit abstrak yang wajib sesuai dengan aturan yang diperlukan oleh system, sampai pada step 7, langkah yang terakhir, semuanya harus benar karena sudah berhubungan dengan sistem yang otomatis.

 

Sebagai moderator dan MC secara bergantian oleh Paku Kusuma dan Iin Rachmawati. Webinar dan workshop online berjalan lancar dengan para peserta yang puas dan mulai bersemangat segera berkarya dan kini potensi artikel laporan penelitiannya agar menembus ke salah satu jurnal yang terindeks oleh Scopus system semakin besar. Berusaha keras, cepat atau lambat pasti akan berhasil, semangaaat.

 

*

https://bit.ly/JurnalStudiDesain

http://bit.ly/JurnalStudiKultural


link berita aslinya


 


AN1MAGINE VOLUME 6 NOMOR 5 MEI 2021

An1magine (baca: animagine). An1mgine Jurnal majalah digital bulanan populer seni, desain, animasi, komik, novel, cerita mini, dan sains ringan yang dikemas dalam format education dan entertainment (edutainment). An1magine (baca: animagine) mewadahi karya kreatif seperti cerita mini, cerita bersambung dalam ragam genre, tutorial, dan komik dalam ragam gaya gambar apa pun.

An1magine edisi ini dapat diunduh juga di An1mage JournalDcreatePlay Store, dan Google Book. Silakan klik link aktif yang ada untuk mengunduhnya. Gak mau ketinggalan berita saat An1magine terbit? Gabung yok di An1mareaders WA GrupFacebookInstagramTwitter.




 

Comments

Popular Posts